Aku masih ingat akan itu. Mata cokelatmu yangselalu saja mengerling manja kepadaku. Menjahiliku dengan buaian konyolmu.Memberikan jutaan rasa kepadaku. Seakan kupu-kupu berterbangan di perutku,terkadang juga membuat hati ini ingin terbang, menembus lapisan lapisan awan,hingga menuju atmosfer, dan yang terakhir… seakan ribuan jarum menjatuhikudari langit.
Key. Alexandria Key. Seorang adik kelaskusemasa SMA yang sekarang memutuskan untuk pindah ke tanah kelahirannya, yaitunegeri paman Sam. Wajahnya memang tak setampan Justin Bieber ataupun ChoiSiwon-nya Super Junior, tapi gerak gerik dan ekspresinya lah yang selalumembuat semua orang memperhatikan wajahnya yang mungil dengan mata berwarna cokelatyang bulat dan rambut pirang yang selalu berpotongan shaggy.
Aku tak ingat kapanterakhir bertemu denganmu. Namun ada satu hal yang sangat kuingat darimu, matacokelatmu yang teduh itu sukses menumbuhkan rasa lain di hatiku.
*******
“Woi!” seru Faza menyadarkan lamunanku sambil tertawa penuh kemenangan.
“Ahh.. ngapain sih?” jawabku bete sambilberingsut menjauh darinya. “marah? Hehehe aku bawain cokelat nih..” kata cowok itu sambil menyodorkansekotak cokelat putih yang masih terbungkus rapi dengan untaian pita diatasnya.
“ahh ini baru namanya sahabatku! Hahaha!” akutersenyum menggoda kepadanya dan segera menerima cokelat tadi. “ceritanya adaapa nih kok bawain cokelat?” tanyaku penuh selidik. Tidak biasanya Fazamembawakanku cokelat seperti siang ini.
“nggak pa-pa. Cuma tadi kebetulan lewatchocolate shop, mampir aja.” Jawabnya santai sambil menatap lurus kedepan. Akuhanya mengangguk kecil mendengarnya. Dengan segera, aku membuka pita yangmengikat kotak cokelat tadi. Kubuka pelan pelan dan akhirnya cokelat yangcantik ini siap masuk ke perutku yang sudah berbunyi dari tadi. “Za, kamu mau?” tanyaku serayamenyodorkan cokelat kepadanya.
“enggak, aku kenyang sa. Buat kamu aja.” Jawabnya pelan sambil tersenyummanis kepadaku. “okay.. siap siap ya cokelat cantik,..” bisikku sambil menatapcokelat cantik berbentuk kotak didepanku ini.
***
Setahunyang lalu..
Aku berjalan menuju perpustakaan dengansetumpuk buku di tanganku. Tiba tiba kulihat seorang cowok berlari dari arahberlawanan, dia berlari dengan cepat tanpa memperdulikan apa yang ada disekitarnya. Aku menatapnya hingga punggungnya menghilang, dia… Key! Yah, Key!Dengan segera kuletakkan bukuku di bawah dan mengejarnya sekuatku.
Aku terus berlari menyusuri koridor sekolahan,hingga akhirnya kutemui sosok Key sedang merintih kesakitan memegangi pipnyayang lebam. “Key??” panggilku dengan suara tercekat. Aku berjalan mendekatinyadan menatapnya pilu. Key hanya tersenyum kecil kepadaku. “siapa yang melakukanini?” tanyaku pelan pelan. “Noone.” Jawabnya pelan sambil meringis kesakitan.“kamu bohong.. siapa?” tanyaku sekalilagi yang membuat key diam terpaku.
“Your boyfriend..”
“Faza? Tapi kenapa?” aku merasa terpukulmendengarnya. Faza? Apa yang dilakukannya?? Pikirku dalam hati. “dia cemburu..dia mengira aku menyukaimu.. dan kaupun juga?” jawab Key pelan, sekarang diasudah tak lagi merasa kesakitan, mata cokelatnya menatap lurus kedepan. “Ah..bodoh sekali dia..” hanya itu kata kata yang dapat kulontarkan saat ini. Tapisemua ini benar.. aku memang menyukai Key lebih daripada aku menyukai Faza. Akutidak tahu…. tapi sepertinya aku memang tidak menyukai Faza…
Keesokan harinya..
Aku yang masih shock dengan kejadian kemarinhanya bisa diam sambil menerka nerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Key tidaksalah. Aku yang salah. Tidak sepantasnya Faza melakukan ini. Apakah nanti Fazaakan memutuskan hubungannya denganku?? Tapi tadi pagi dia tampak biasa biasasaja. Tak ada sedikitpun rasa marah yang terlihat dari sorotan matanya. Diatetap tersenyum manis kepadaku sembari memberikan permen cokelat kesukaanku.
“ngelamun terus, sal!” seru Lita mengagetkanku.aku hanya meliriknya sekilas sambil mendengus kesal. “kenapa?” tanya Litasambil mengelus punggung tanganku pelan. Aku menatap wajah lita sekilas danmulai menceritakan semuanya.
“Oh jadi gitu.. kamu nggak usah sedih gitu toh.Kamu memang nggak suka Key kan?” tanya Lita dengan senyum manis seperti biasa.Aku hanya diam. Lita nggak tahu kalau sebenarnya aku…
“Sal!” panggil Zaneta seketika megacaukanpikiranku. “eh Zanet? Kenapa?” tanyaku berusaha menyembunyikan mimik sedihku.“Tahu ndak? Tadi Pak Bekti ngomong apa!” bisiknya tepat ditelingaku. “apaemang?” tanyaku semakin penasaran.
“tadi waktu aku duduk di deket lapangan bola,aku denger pak bekti ngomong gini ke Key, kalau suka sama orang itu jangan samayang udah punya pacar.Kasihan si Salsa kamu kejar-kejar terus.” Kata Zaneta seraya menirukan gaya bicara pak Bekti guru olahraga kelasXII. Aku tertegun sejenak, pakBekti memang kadang-kadang suka mencampuri urusan murid-muridnya. “oh ya? Itu bener?” tanyakusambil menutupi perasaanku. Sepertinya kupu kupu mulai beterbangan di perutku.“iya. Masa kamu nggak percaya sih sama aku?”
Aku terdiam lagi. Key menyukaiku?? Rasanya ganjil. Tapi, dulu dia juga pernah menyatakan perasaannya padaku, yah walaupun ternyatahanya bercanda. Ya Tuhan.. aku ingin terbang!!!
***
Aku teringat masa laluku. Sejak saat itu Keymenghilang. Key tidak sempat berkata apa-apa. Dia hanya meninggalkanku dengansejuta pertanyaan yang menggantung di pikiranku. Benarkah dia menyukaiku?Sampai sekarang aku masih mempertanyakan. Jujur saja aku masih belum bisamelupakannya. Rasa ini masih saja tersimpan rapi walaupun ia sekarang mungkinsudah melupakanku.
***
“Auw!” teriakku seraya mengelus dahiku pelan.“Awas kamu yaa!” sungutku sambil memasang muka marah. “Hahaha salahmu sendirikamu kalah.” Jawab Faza dengan puas. Ia kembali menyeruput orange juice nya dantertawa puas. aku menatapnya dengan sebal. Faza mantan pacarku yang sekarangmalah menjadi sahabat terdekatku itu selalu saja seperti ini. Tak ada haritanpa menjahiliku. Tapi sebetulmya sikapnya yang seperti ini membuat sediktimelupakan Key. Walaupun belum melupakannya sepenuhnya.
“Sal?” seru Faza sambil menjetikkan jarinya didepanku. Aku hanya nyengir lebar setelah tersadar dari lamunanku. “Key lagi?”tanya Faza seolah olah bisa membaca pikiranku. Aku hanya bisa menunduk danmengaduk aduk milk shake ku pelan. “kapan kamu bisa melupakannya, Salsa? Diamasa lalumu, dia juga nggak akan balik kesini.” Ujar Faza bijak. Aku bisamerasakan dia sepertinya marah sekarang.
“Ayo pulang.. katanya habis ini kamu pengengame tangga itu?”
akutengadahkan kepala sejenak dan menatapnya hati hati. Dia nggak marah. Yes!Sorakku dalam hati. “Ayo!” ajakku penuh semangat. Aku membayangkan bagaimanaserunya bermain batu gunting kertas di tangga bersamanya, hihihi.
“ayo mulai!” Faza berdiri di anak tanggapertama dekat chocolate shop. “yang menang, naik satu langkah!” kataku sambilmengikat tali sepatuku yang lepas. “oke. Terus yang kalo gitu, yang sampai diatas duluan menang kan? Yang kalah mau di kasih hukuman apa?”
aku memutar bola mata dan berpikir hukuman apayang enak. “Hmm! Aku tahu! Yang kalah gendong yang menang!” usul Faza sambiltersenyum menggoda kepadaku. “Hah? Kalau aku kalah gimana? Masa aku gendongkamu sih? Nggak lucu tahu!” protesku sebal mendengar usulannya itu. “kalaunggak mau ya udah, aku pulang.” Ancam Faza sambil menjulurkan lidahnya.
“Yah..yah. jangan dong Za..” sahutku cepat.“Oke deh, yang kaya tadi juga nggak pa-pa!” lanjutku terpaksa. “Gunting, batu,kertas! !… Yey aku menang!” teriakku penuh semangat. Faza hanya tersenyumkecil mendapati dirinya kalah.
Setengah jam berlalu, dan sekarang tinggalselangkah lagi aku menang, sementara itu Faza masih jauh di belakang sambilpasang muka masamnya. Hahaha, rasain!
“Gunting, batu, kertas!”
“Yesss! Aku menang! Aku menang!” aku melonjaklonjak kegirangan sambil tersenyum mengejek ke arah Faza. “Iya, iya yangmenang. Ayo!” ajak Faza seraya berlutut membelakangiku. “Eh?”
“Ayo cepetan! Kita kebawah lalu makan cokelatlagi! Ayo!” ajaknya sambil menepuk bahu kanannya. Dengan ragu ragu, aku naik kepunggungnya dan.. ah rasanya malu sekali. Faza mulai berjalan pelan. Aku mulaimerasa aneh. Entahlah, kenapa dadaku berdesir sekarang, tidak hanya berdesir,semakin lama semakin… ah.. kenapa jadi deg deg an seperti ini.
“kamu berat juga ya? Kebanyakan makan cokelatnih!” celoteh Faza tiba-tiba. Aku hanya diam sambil merengut kesal. Aku jadispeechless. Ah aneh, benar benar aneh. “kok diem sih? Biasanya bawel?” tanyaFaza sambil mengerling. “hih bawel? Kamu kali yaa!” jawabku sambil mencubitbahunya.
“ah aku tahu.. kamu suka aku yaaa?Hahaha.” Faza tertawa puas sambilmelirik ke arahku. “Faza!!!” aku memukul bahunya pelan. “lha trus namanya apadong kalau ada yang deg deg an kaya gini? Hahaha.” Tawa Faza semakin meledak.“aah nggak! Aku cuma suka Key! Titik! Ayo turunin aku!”
Dengan cepat Faza menurunkanku. Dia hanya diamsambil menatap lurus kedepan. Ah pasti dia marah lagi. “apa sih yang kamuharapkan dari dia?” tanya Faza pelan. Pandangannya masih lurus kedepan dansemakin tajam. Aku menautkan jemariku. “aku… hanya ingin dia kembali..”jawabku sambil menunduk. “dan menanyainya perasaannya terhadapmu? Iya kan?”tanya Faza yang membuatku semakin terpojok. “loh emang kenapa? Aku hanya ingintahu perasaannya terhadapku.” Aku balas menatapnya dengan tatapan sebal sepertibiasa.
“Lupakan dia!”
Tak kusangka Faza mengatakannya. Pandangannyadatar dan tanpa ekspresi. “Tapi kenapa?” tanyaku lagi. Aku masih tidak mengertimengapa ia selalu melarangku seperti ini. “aku hanya ingin mempunyai temanseperti Key lagi. Ia selalu ada disaat saat aku butuh teman, dan yangterpenting dia selalu ada disisiku saat kamu nggak bisa nemenin aku. Saat kamulebih peduli dengan basket dan teman teman segengmu itu!” akhirnya akumeluapkan semuanya. Emosiku sudah tidak bisa ditahan lagi. Dan sekarang yangada hanya rasa sakit masa lalu yang masih membekas di hati ini.
“oh jadi kau merasa yang paling benar? Jadisiapa yang mengkhianatiku?” tanyanya sekarang dengan menatapku tajam. Akusegera memalingkan wajahku dan menatap lurus kedepan. Aku yang mengkhianati mu, Za. Aku.
Tak terasa air mataku satu persatu jatuh danmenghapus bedakku pelan pelan. “karena kamu nggak pernah peduli sama aku.” akuberusaha mengalihkan pembicaraan ini. “siapa yang nggak care sama kamu? Kamutahu selama setahun ini siapa yang selalu menemani mu jalan-jalan? Siapa yangselalu menjemputmu tiap pagi berangkat sekolah? Siapa yang selalu menolongmuketika kamu dikerjain seniormu? Siapa, Sal? Siapa?” tanya Faza dengan matananar. “kamu yang nggak pernah ngerasa. Aku selalu ada untukmu. Kamu terlalusibuk melamun. Kamu terlalu sibuk memikirkan perasaan Key terhadapmu. Kamuterlalu sibuk dengan sejuta kenanganmu bersama dia. Pernahkah kamu mengertiperasaanku sedikit? Seseorang yang selama ini ada buat kamu. Apakah pernah kamumemikirkan perasaanku sejenak?”
Semua rentetan kata katanya berkumpul dikepalaku. Rasanya butuh bebereapa jam untukku untuk mencerna semua ini. “Cobakamu pikirkan sekarang.” Ujarnya pelan. Nada bicaranya sudah kembali stabil.
“Bip Bip”
Suara klakson mobil mengagetkanku. Aku menolehdan kudapati kakakku sedang tersenyum dibalik setir dan melambai kapadaku.“Pulang saja, aku nggak pa-pa.” Ujar Faza tiba-tiba. Ia selalu saja bisamembaca pikiranku.
“Oke, bye Za.”
***
Keesokan harinya..
Aku masih saja teringat kejadian semalam.Sampai sampai tadi malam aku nggak bisa tidur dan sekarang kantung matakubertambah lebar. Aku mencoba mengalihkan pikiranku dan mencoret coret bukucatatanku. Aku benci ini.
Faza berangkat. Yah, tapi, dia tidak sepertibiasanya. Wajahnya terkesan lebih cuek. Dan dia memang cuek! Dia sama sekalitidak menyapaku seperti biasa. Kursi di sebelahku pun di laluinya tanpa meliriksedikitpun. Ya Tuhan.. aku merasa sangat bersalah.
Hari ini rasanya sangat menyeramkan. Fazamendiamkanku. Dosen dosen pun sepertinya juga bersekongkol. Daritadi aku harusditunjuk terus. Mana nggak bisa semua lagi. Silly girl!
Sepulang kuliah aku hanya bisa diam di balkonkamarku. Rasa bersalah ini semakin menjadi. Aku memang yang salah, akumengkhianatinya. Aku melupakannya. Ya, selama ini aku hanya berharap Keymembalas cintaku, yah, hanya itu yang selalu ada di pikiraanku. Aku harus minta maaf!
Kukumpulkan seluruh keberanianku untukmenelponnya. Dengan perasaan was was aku menunggu jawaban dari Faza. Namunhingga telepon ke tigaku, ia tak kunjung menjawab. Dengan sebal kubanting hpkudi kasur. Aku mendesah pelan. Dia pasti benar benar marah!
Ku bulatkan tekadku lagi untuk menelpon Fazalagi. Dan.. dia menjawabnya!
“Halo?” terdengar suara wanita yang cukup manisdari nada bicaranya. Aku hanya bisa diam dan akhirnya menutup telponku. Siapatadi? Apakah ia pacar barunya Faza? Perasaanku kembali campur aduk.
Aku mengambil sebuah foto berpigura doraemonyang terletak di meja kecil sebelah kasurku. Fotoku bersama Faza yang kuambilsetengah tahun yang lalu saat acara ulang tahunnya. Dia tampak begitu bahagiadengan roti tart di tangannya. Aku tersenyum masam mengingat semua ini. Dansekarang aku menyadari sesosok Faza memang sangat berarti untukku.
Air mataku satu persatu jatuh membasahi pipiini. Aku ingat ketika ia menggendongku di chocolate shop, dan aku juga ingatapa yang kurasakan saat itu. Sepertinya aku memang menyukainya. Lalu bagaimanaperasaanku terhadap Key? Layakkah di sebut dengan perasaan cinta? Aku tidaktahu. Perasaanku kacau malam ini.
***
Minggu ini begitu meyebalkan. Yah, tanpa Fazatentunya. Aku tidak tahu apa yang di lakukannya sekarang. Apakah diamerindukanku juga seperti aku merindukannya?
Aku harus minta maaf. Tapi, bagaimana?Akubingung, sangat sangat bingung. “Tok tok..” tiba tiba terdengar pintu diketuk.Aku segera berlari kebawah dan membuka pintu. Dengan sangat terkejut, Faza, yahini benar benar dia, dia tersenyum manis di depanku sambil membawa sekotakcokelat putih kesukaanku.
Dengan penuh rasa rindu, aku memeluknya danmenangis seketika di pelukannya. Faza hanya membelai rambutku pelan danmendekapku erat. “Maaf..” bisikku seraya menyeka air mata dan mundur beberapalangkah karena malu. “sekarang aku tahu.. aku memang salah.. aku nggak pernahpeduli sama kamu. Aku hanya berkutat dengan masa laluku yang semu. Dan akusadar akan satu hal.”
“Apa?” tanya Faza masih dengan senyumnya.“orang yang aku sukai bukanlah Key. Tapi kamu.” Jawabku dengan mantap sambilmembalas senyumnya. “aku sadar, aku hanya memikirkan masa laluku, saat saat akumemang benar benar menyukainya, dan sekarang aku tahu, rasa itu hanya masalalu, dan..”
“satu hal lagi!” seru Faza tiba tiba. “apa?”tanyaku penasaran. “sebenarnya Key itu Gay!” jawab Faza sambil mengedipkansebelah matanya. “Oh ya?”
“Kamu tahu kenapa dulu aku menonjoknya? Diahanya memanfaatkanmu untuk mendekatiku.”
“Hah? Benarkah??” aku semakin tak percayamendengarnya. “kamu nggak percaya? Yaudah!” Faza terlihat pura-pura marahsambil melirikku. “hahaha, kau disukai si Key?? Hahahaha.”
***
P.S
sekedar menambahkan, dulu dari SD aku suka banget bikin cerpen, pernah saat SMP mau ikut lomba novel, udah jadi itu novel tapi kurang beberapa ending eh deadline mepet banget. jadinya sampai sekarang novel itu masih menggantung terombang ambing tak tau arah ha-ha
pengen bisa seproduktif dulu, bisa nulis terus tapi waktu tidak mengijinkan sayang sekali, dan trkadang buntu
ini cerpen jaman SMP, ngakak aku baca ini, terlalu lebay wkwk